Kamis, 02 April 2009

Analisis Spasial 1

Eko Budiyanto

Pada saat sistem informasi geografis dimanfaatkan oleh operator, ada sesuatu yang diharapkan darinya. Salah satu hal yang diperoleh dari sistem informasi geografis adalah kemampuannya dalam menganalisis data spasial. Model analisis data spasial ini sering disebut sebagai analisis spasial. Namun kadang operator sistem informasi geografis tidak memahami apakah dia sudah melaksanakan suatu analisis spasial ataukah baru sekedar menjalankan suatu prosedur yang ada dalam sebuah perangkat lunak sistem informasi geografis. Mungkin pula sebaliknya, operator mungkin baru sekedar membuat data digitasi hingga layout peta, namun merasa sudah melakukan analisis spasial dengan menggunakan Sistem informasi geografis.

Sistem informasi geografis itu sendiri sering disamakan dengan perangkat lunak sistem informasi geografis yang sebenarnya adalah sekedar alat bantu. Tidak semua perangkat lunak menyediakan metode analisis spasial seperti yang dimaksudkan dalam sistem informasi geografis. Namun tidak bisa disalahkan jika pengguna sistem informasi geografis merujuk pada berbagai kemampuan perangkat lunak seperti Arc View dan lain-lainnya, untuk menjelaskan suatu pengertian tentang analisis spasial. Hal ini dikarenakan perangkat lunak tersebut dalam pembuatannya sengaja ditujukan salah satunya untuk analisis spasial.

Kemudian, apakah yang dimaksud dengan analisis spasial, dan apa sajakah bentuk analisis spasial tersebut ? Jawaban dari hal ini memang beragam. De Mers (1997) menyebutkan bahwa analisis spasial mengarah pada banyak macam operasi dan konsep termasuk perhitungan sederhana, klasifikasi, penataan, tumpangsusun geometris, dan pemodelan kartografis. Sementara Johnston (1994) secara sederhana mengatakan bahwa analisis spasial merupakan prosedur kuantitatif yang dilakukan pada analisis lokasi. Fotheringham (2005) memilah spasial analisis dalam dua bentuk yaitu analsis spasial berbasis sistem informasi geografis sederhana (Simple GIS-based spatial analysis) dan analsis spasial berbasis sistem informasi geografis lanjut (Advanced GIS-based spatial analysis). Dalam artikel ini diuraikan tentang analisis spasial yang termasuk dalam Simple GIS-based spatial analysis.

Analisis spasial dalam kelompok ini merujuk pada kemampuannya dalam melakukan perhitungan dan menerangkan keterkaitan spasial antara fitur yang berbeda dalam sebuah basis data, menerangkan keterkaitan data dalam suatu layer yang sama ataupun antar layer yang berbeda.

1. Pemilihan fitur berdasar atribut (feature selection by attribute)

Analisis spasial dalam hal ini berupa pemilihan fitur pada data spasial dengan menggunakan data atributnya. Sebuah data spasial memiliki data atribut yang merupakan informasi dari masing-masing poligon. Data spasial berikut adalah peta administrasi Kabupaten Sleman Propinsi DIY. Masing-masing poligon memiliki atribut nama kecamatan. Operasi analisis spasial dapat berupa pemilihan fitur berdasarkan atribut nama kecamatan pada masing-masing poligon tersebut.

Operator dapat melakukan pencarian sebuah kecamatan dengan proses formula tertentu dalam perangkat lunak. Hasil dari proses pencarian berdasarkan atribut menghasilkan informasi seperti dalam gambar berikut.

2. Pemililihan fitur berdasar interseksi geometris (Feature selection by geometric intersection)

Analisis spasial dalam bentuk ini dapat dilihat pada contoh berikut:

Gambar diatas menunjukkan peta jaringan jalan yang melintas di seluruh wilayah kabupaten Sleman. Garis tebal menunjukkan batas administrasi, sedangkan garis tipis menunjukkan jaringan jalan. Suatu saat diinginkan informasi tentang jaringan jalan yang hanya berada di kecamatan Ngaglik saja, sedangkan jaringan jalan yang berada di luar daerah kecamatan tersebut diabaikan. Kasus ini mengarahkan pada sebuah proses operasi pemilihan fitur dalam kaitannya dengan fitur lain. Fitur yang dipilih adalah jaringan jalan dan fitur pembatasnya adalah batas administrasi. Dengan analisis ini akan didapatkan informasi tentang jaringan jalan yang melintas di kecamatan Ngaglik tersebut. Hasil proses operasi dari analisis spasial ini menghasilkan informasi spasial seperti dalam gambar berikut :

3. Buffering

Buffering menunjukkan lokasi disekitar sebuah fitur. Hasil analisis buffer ini adalah bentukan poligon di sekitar obyek. Zonasi nilai lahan, Area sempadan sungai, pemetaan area perluasan jalan, zona pembebasan jalur listrik tegangan tinggi, dan lain-lain adalah contoh pekerjaan yang biasanya menggunakan buffering.

Contoh kasus buffering adalah sebagai berikut. Gambar diatas adalah jaringan jalan arteri, kolektor dan lokal. Jalan kolektor pada gambar tersebut adalah jalan yang disimbolkan dengan garis tebal. Suatu saat akan dilakukan zonasi nilai lahan, dimana lahan-lahan yang berada 100 meter di sekitar jalan kolektor tersebut termasuk lahan kelas satu. Hasil buffering dari kasus tersebut didapatkan seperti gambar di bawah ini.

Buffer jalan kolektor disimbolkan dengan poligon memanjang di sepanjang jalan kolektor tersebut. Jarak tepi poligon buffer dengan as jalan adalah sejauh 100 meter. Dalam operasi buffer ini, lebih lanjut dapat dilakukan perhitungan luas poligon tersebut. Perhitungan nilai pajak adalah contoh kasus yang memerlukan perhitungan luas area buffer dengan dioverlaykan pada peta persil tanah.

4. Penggabungan ( Union )

Union merupakan suatu operasi analisis spasial yang menggabungkan informasi sebuah fitur dengan fitur lain. Sebagai contoh, ingin diketahui penggunaan lahan yang ada pada area buffer jalan kolektor. Kasus ini dapat dilakukan dengan menggunakan operasi union atau penggabungan fitur.

Operasi union akan menumpangsusunkan peta penggunaan lahan dengan poligon buffer jalan kolektor. Data atribut dari kedua data tersebut digabungkan pada data baru hasil operasi union ini. Hasil dari operasi union ini dapat dilihat seperti pada gambar berikut.

Data atribut dari poligon tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Atribut area buffer dengan penggunaan lahan

Pada atribut tersebut dapat dilihat adanya penggunaan lahan yang berada dilokasi buffer dan penggunaan lahan yang tidak di lokasi buffer. Penggunaan lahan yang berada dilokasi buffer dapat dilihat dari kolom lokasi_buf . Pada kolom lokasi_buf tersebut terdapat nilai 100 dan 0. Penggunaan lahan yang bernilai 100 berarti penggunaan lahan yang berada pada lokasi buffer100 meter. Sementara penggunaan lahan yang memiliki nilai 0 berarti diluar area buffer.

Disarikan dari :

Fotheringham. Stewart. A., Quantitative Geography- Perspective on Spatial Data Analysis, SAGE Publication, London, 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar